Total Tayangan Halaman

Kamis, 15 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-8, KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

Menumbuhkan inisiatif

Menumbukan inisiatif bagi saya merupakan salah satu poin tentang akhlak. Selain adab, tentunya Hanif juga diajarkan untuk berakhlak mulia. In syaa Allah.

Hanif sudah mulai tumbuh rasa inisiatifnya seperti :
1. Jika ia menumpahkan air, maka yang harus dia lakukan adalah mengambil kain lap
2. Hanif seringkali membantu ibu mencuci pakaian dengan memindahkan pakaian dari ember non pengharum ke ember pengharum
3. Dan ini yang ingin diceritakan.

Ibu (i) : "Hanif, ibu mau setrika baju dulu yah nak"
Hanif (h) : "Bu, apah?"
I :"Mau setrika baju dulu" (sambil menggelar alas kain setrika)
H : "amma, amma"
I : "Iya, mau apa nak?"
H : ( inisiatif ambil kispray )
I " "Masya Allah, anak cerdas kamu nak"

Hanif memang tumbuh didalam kebiasaan rumah tangga. Mohon dimaklumi karena sebagai IRT tanpa asisten Hanif jadi terbiasa melihat ibu mencuci baju, memasak, menyetrika, mengepel, dan menyapu. Saya belum secara langsung menyuruh Hanif. Tapi mudah-mudahan dengan yang saya lakukan bisa menjadi teladan untuk Hanif dan Hanif bisa mencontoh.

Karena "Teladan merupakan guru yang terbaik"

Salam,
Karlina Ekasari

Selasa, 13 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-7, KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

Meja makan adalah sarana untuk berdiskusi bagi kami sekeluarga

Hari ini, Hanif bangun jam 03.30 pagi. Mungkin Hanif terbangun karena ayah dan ibunya bangun sahur. Hanif memang dilatih untuk bangun pagi setiap hari. Agar Hanif terbiasa bangun pagi sejak kecil.

Hanif (H) : tiba-tiba keluar dari kamar menuju ruang makan
Ibu (I) : "Eh masya Allah, anak ibu sudah bangun ya. Hebat. Ingin ikut sahur?"
H : "susu..susu.." (menunjuk botol, ingin minum susu)
I : "Sebentar yah nak, ibu buatkan terlebih dahulu"
H : ( langsung berlari ke kamar )

Setelah saya membuatkan Hanif susu, saya kembali ke meja makan untuk makan sahur bersama ayahnya Hanif. Kami berbincang obrolan yang hangat, mulai dari membahas ceramah suatu ustadz hingga masalah kehidupan sehari-hari. Semenjak ada meja makan di rumah kami, rumah kamipun serasa hangat. Itu karena saya dan suami memang lebih banyak berdiskusi di meja makan. Dan berdiskusi pada saat makan juga merupakan suatu sunnah Rasul.

Namun, Hanif nampaknya belum bisa berlama-lama di meja makan. Maka, untuk Hanif saya selalu berdiskusi hangat di tempat tidur karena memang ritual Hanif sebelum tidur ialah minum susu.

Saya selalu berbisik dengan lembut, apa yang ingin saya sampaikan saat Hanif minum susu di tempat tidur. Menurut saya cukup efektif karena itu moment yang Hanif lumayan bisa diam.

Sekian cerita komunikasi produktif dan family forum room dari saya.

Salam,
Karlina

Senin, 12 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-6, KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

"Jalan-jalan minggu bersama ayah Hanif dan Hanif"

Hari minggu pagi, ritual keluarga kami memang berjalan-jalan ke taman untuk sekedar olahraga atau mencari sarapan. Karena ini bulan Ramadhan, tentunya hari minggu pagi kami isi tetap dengan bermain ke taman tapi tidak mencari sarapan, hihihi...

Seperti biasa, Hanif selalu antusias sekali kalau diajak bermain ke taman atau tempat terbuka. Dia anak yang sangat ramah dan ceria. Bahkan tak segan Hanif yang selalu memulai menyapa teman yang baru pertama kali dilihatnya. Dia bukan anak yang pemalu. 

Saat itu, ada pedagang kelinci sedang menjajakan kelincinya. Kami memang ingin memelihara binatang dengan harapan agar rasa empati Hanif terus tumbuh jika menyayangi binatang peliharaan.

Ibu ( I ) : "Hanif mau kelinci nak?"
Hanif (H) : "itu tuh bu..." (menunjuk kelinci berwarna abu-abu)
I : "Sebentar yah nak, ibu bilang ayah dulu"

Saya, orang yang selalu meminta persetujuan ayahnya Hanif sebagai kepala keluarga. Karena beliau adalah "Qowwam" atau pemimpin dalam keluarga kecil kami. Dan terjadilah obrolan yang hangat

I : "Yah, boleh tidak memelihara kelinci?"
Ayah (A) : "Boleh, tapi nanti ya sesudah habis lebaran. Karena nanti kelincinya gak ada yang kasih makan"

Setelah mendapat keputusan dari ayahnya Hanif, barulah saya menyampaikan keputusannya kepada Hanif dengan bahasa yang mudah dimengerti.

I : "Nak, beli kelincinya ditunda dulu yah. Nanti kita kembali kesini dan Hanif boleh pilih kelinci yang Hanif sukai"

Komunikasi produktif tetap harus dilakukan walaupun si anak belum bisa memahami seluruhnya.

Salam,
Karlina Ekasari

Jumat, 09 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-5, KOMUNIKASI PRODUKTI IIP KELAS BUNDA SAYANG






Bulan Purnama


Semalam, saya dan Hanif menikmati momen kebersamaan yang cukup sederhana yaitu menikmati malam bulan purnama. Untuk pertama kalinya, saya menngenalkan Hanif apa itu bulan dan menunjukkannya. Qadarullah, langit cukup cerah untuk menikmati bulan.

Ibu (i) : menyanyikan lagu ambilkan bulan bu
Hanif (h) : menyimak dan mendengarkan
I : "Hanif tahu tidak, kalau ada benda dilangit yang bulat dan bercahaya di malam hari"
I : "Itu namanya bulan nak"
I : "Coba Hanif lihat keatas"
H: "apa tuh, apa tuh?"
I : "Masya Allah, bagus yah nak"
H : ngoceh sendiri dengan bahasanya
I : "Hanif suka?"
H : "yaaaa"

Sudah hari ke5 tantangan komunikasi produktif berhasil dilewati. Selalu rumusan mengenai komunikasi produktif terngiang-ngiang dalam benak saya. Jadi sekarang kalau ada rasa kesal, jongkol langsung ingat mantra "Komunikasi produktif, komunikasi produktif" hehehehe...

Salam,
Karlina Ekasari

Kamis, 08 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-4, KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

Masih edisi bersama anak.

Tantangan hari ke-4 hampir terus menyempurnakan diri mengikuti poin-poin yang sudah tercantum di materi kelas bunda sayang IIP.

Kemarin ibu membawa Hanif berkunjung ke rumah tetangga kami karena anak tetangga kami sedang sakit. Bermain bersama merupakan moment melatih banyak hal. Terlebih jika sedang sakit. Berkunjung menengok yang sakit, mengajari anak rasa empati dan berbelas kasih.

ibu (i) :  "Hanif, sudah tahu belum kalau kakak Vania sedang sakit?"
Hanif (h) : diam saja menyimak
I : "Hanif mau main kerumah kakak Vania dan Vincent?"
H : langsung mengambil sandal sebagai tanda setuju

Setelah dirumah kakak Vania.

I : "Buka sandalnya dulu yah nak, kalau mau masuk rumah"
H : langsung mencopot sandal sendiri
I : "Pintarnya anak ibu"

I : "Halo kakak Vania, sudah sehatkah?"
Vania (Va) : "sudah dong. Dede Hanif mau jenguk aku yah?"
I : "iya dong, dede Hanif kan sayang kakak Vania"
H : langsung memeluk kakak Vania

Setelahnya kami main bersama. 

Bermain dirumah tetangga, Hanif juga saya ajarkan adab bermain. Seperti :
1. Tidak boleh masuk ke dalam wilayah yang sangat pribadi seperti kamar tidur, ruang kerja.
2. Tidak boleh sembarangan mengambil apapun yang ada didalam rumah orang lain.
3. Selepas bermain, harus langsung membereskan lagi.
4. Bersikap sopan, bertutur kata baik.

Alhamdulillah, Hanif sudah mulai paham bahwa bermain ke rumah tetangga harus ada adabnya.

Semoga Hanif terus menjadi anak yang baik ya.

Karlina Ekasari
masih ibu pembelajar

#tantanganharike-4
#darikemaringakpakaihastagh
#iipkelasbundasayang
#komunikasiproduktif





Rabu, 07 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-3, KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

 Moment indah ngabuburit dan buka puasa bersama ayah Hanif dan Hanif <3


Ramadhan sudah memasuki 10 hari kedua, dan tak terasa ya Rabb akan mendekati hari Lebaran. Bulan Ramadhan kali ini cukup istimewa bagi saya. Kenapa? Karena secara khusus kami sudah merantau di Depok dan menetap disini memulai membangun peradaban dari rumah.

PR dari IIP hari ketiga ini dibuat memang seperti bercerita, karena jujur menulis setiap hari butuh loncatan-loncatan gaya variasi menulis agar tidak jenuh.

Hampir di bulan Ramadhan, ayah Hanif sengaja membawa kendaraan pribadi agar bisa pulang lebih awal. Dan hampir pula setiap harinya, kami berkeliling mencari makanan ta'jil buka puasa. Moment ngabuburit dan buka puasa bersama saat ini selalu dimanfaatkan untuk melatih komunikasi produktif sebagai tugas IIP.



>> Komunikasi produktif untuk anak <<

Ditantangan hari ketiga ini, setelah hari sebelumnya hanya ada 4 poin yang baru terlaksana. Saat ini akan menambah lagi poin berikutnya yaitu :
1. Mengendalikan emosi
2. KISS
3. Intonasi dan suara yang ramah
4. Mengatakan yang diinginkan
5. BISA
6. Jelas memberikan pujian/kritikan
7. Menunjukan empati
8. Memberikan pilihan
Kedelapan poin tersebut dimainkan dalam satu moment buka puasa bersama di meja makan. 

"Hanif, sudah mau buka puasa loh. Hanif mau duduk di kursi? Lalu Hanif menarik kursinya. "Ibu bantu yah nak". Setelah duduk di kursi, Ibu mencoba melatih benda kepemilikan Hanif, "Gelas Hanif yang mana?". "Mau minum yang ini atau yang itu?". "Ini ini". "Pinter sekali Hanif". Hingga akhirnya Hanif bisa menunjukan rasa empati, terhadap air yang ia tumpahkan pasti ia langsung ambil lap di dapur dan membersihkannnya sendiri. Ibu terharu nak.

Love you more and more yaa bunnayya Hanif A. Dzulqarnain
Maafkan ibu yang masih belum sempurna tapi in syaa Allah doa ibu selalu yang terbaik untuk Hanif.

Karlina Ekasari
Ibunya Hanif yang masih terus kekurangan ilmu mengasuh

Minggu, 04 Juni 2017

TANTANGAN HARI KE-2 , KOMUNIKASI PRODUKTIF BUNDA SAYANG

Bismillahirrohmanirrohim,

Assalamualaykum warrohmatullohi wabarokatuh...

Hay... hay...

Ibu Hanif come back again hihi... setelah 2 hari absen dari bikin tugas dan saatnya kembali lagi mengerjakan tugas. Nah, sekarang sudah masuk hari ke 2 bagi ibu Hanif dalam game bunda sayang.. Kalau kemarin hanya satu poin yang berhasil dicapai, Alhamdulillah kali ini ada beberapa poin yang terus ibu Hanif akan capai. Berikut adalah ulasan poinnya.


Selama 2 hari berturut-turut kemarin, ibu Hanif coba melakukan beberapa poin bersama Hanif. Mengendalikan emosi tetap jadi poin yang selalu hadir. Karena poin itulah yang menjadi PR besar bagi ibu Hanif.

Poin selanjutnya adalah KISS ( Keep Information Short). Atau dengan kata lain, berikan penjelasan yang singkat dan jelas. Dilanjutkan poin Mengatakan yang diinginkan dan Intonasi suara yang ramah. Ketiga poin tersebut berhubungan satu sama lain, yang diterapkan pada saat Hanif bermain pasir ajaib.

Hanif kemarin bermain pasir ajaib, karena ingin menerapkan ketiga poin tersebut maka yang dilakukan ibu adalah memerintah dengan perintah yang singkat dan jelas. "Hanif, pasirnya dimasukan kedalam wadah yah nak". Maka selanjutnya, biarkanlah proses itu berjalan dengan sesuai nalurinya. Hanif anak yang cerdas, setelah pasir dimasukkan ke dalam wadah selanjutnya ia membalikan wadah tersebut dan jadilah istana pasir buatannya. Doia bergembira ditunjukkan dengan mimik muka gembira, dan menatap ke arah ibu seakan ingin mengatakan "Lihat bu, Hanif sudah bisa buat". Dan ibu memberikan pujian yang jelas karena keberhasilannya dalam membuat istana pasir.

In syaa Allah, masih ada tantangan 8 hari lagi nak. Ibu akan terus mendampingi Hanif dalam belajar di universitas kehidupan ini.

Salam,
Karlina ( ibu Hanif )

Kamis, 01 Juni 2017

Materi 1 Bunda Sayang - KOMUNIKASI PRODUKTIF

KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.


*_KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI_*

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif. 
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.
*_Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir_*
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
_Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda_
Kata  *masalah* gantilah dengan *tantangan*
Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*
Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi. 

Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
*_Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya_*
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
*_KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN_*
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.

 Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki *_Frame of Reference (FoR)_* dan *_Frame of Experience (FoE)_* yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk *MEMBAGIKAN* yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
*_Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA_*
 Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi *MEMAKSAKAN* pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; *_bila Nalar panjang – Emosi kecil; bila Nalar pendek – Emosi tinggi_*
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. *Kaidah 2C: Clear and Clarify*
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.

Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. *Choose the Right Time*
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.

3. *Kaidah 7-38-55*
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi. 

Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur. Sumpah berani mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4. *Intensity of Eye Contact*
Pepatah mengatakan _mata adalah jendela hati_

Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. *Kaidah: I’m responsible for my communication results*
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.

Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
*KOMUNIKASI DENGAN ANAK*
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik. 
*_Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy_*

Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. 
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. *Keep Information Short & Simple (KISS)*
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. *Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah*
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:

“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)
✅Kalimat Produktif :

“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati. 
c.  *Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan*
⛔Kalimat tidak produktif :

“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :

“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d.  *Fokus ke depan, bukan masa lalu*
⛔Kalimat tidak produktif :

“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :

“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. *Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”*
Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. *Fokus pada solusi bukan pada masalah*
⛔Kalimat tidak produktif :

“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:

“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. *Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan*
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”

“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:

“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. *Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman*
⛔Kalimat Tidak Produktif:

“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:

“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. *Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi*
⛔Kalimat tidak produktif :

“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. *Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati*
⛔Kalimat tidak produktif :

“Masa sih cuma jalan segitu aja capek?”
✅kalimat produktif :

kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. *Ganti perintah dengan pilihan*
⛔kalimat tidak produktif :

“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :

“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:

_Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000_
_Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015_

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014_
_Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari_

Game level 1 - Bunda Sayang - TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM....

Sebenarnya jujur masih bingung dengan materi dan game di kelas Bunda Sayang. Tapi bismillah, yang penting coba dulu, karena kalau tidak dicoba kita tidak akan pernah tahu.

Lanjut ke game nya ya. Postingan ini loncat, karena entah kenapa setiap mau posting materi selalu tidak bisa hehehe.

- KOMUNIKASI PRODUKTIF -

Pada game kali ini poinnya ada 2 yaitu :
1. Berkomunikasi produktif pada anak
2. Berkomunikasi produktif pada suami

Untuk kali ini, saya mencoba untuk memulai terlebih dahulu pada anak. Kenapa? Alasannya karena hampir 24jam saya selalu bersama anak, jadi anaklah yang harus pertama kali 'menikmati' keberhasilan dalam tantangan ini.

Saya mencoba ikuti kaidah yang telah diberikan, dan kaidahnya adalah sebagai berikut :



Mengingat ini adalah bulan Ramadhan, jadi saya mulai dari aturan teratas yaitu 'mengendalikan emosi'. Membersamai anak tiap hari, tentunya terkadang emosi naik turun. Oleh karena itu, hari ini saya sudah melakukan untuk mengendalikan emosi saya.

Hanif, 22 bulan merupakan anak yang aktif, mudah bergaul dan sangat ramah. Karena Hanif anak yang pandai sekali bergaul dan ramah, maka ia tak segan untuk memulai atau menghampiri seseorang anak. Dan hari ini, ketika kami berbuka puasa di rumah makan padang. Hanif menghampiri anak di meja sebelah. Biasanya, saya selalu 'agak marah' karena khawatir Hanif malah mengganggu mereka. Tapi untuk kali ini, saya coba mengendalikan emosi dengan mendampingi Hanif dan bertanya "Hanif ingin bekenalan dengan teman baru yah?". Dan Hanif pun tersenyum kepada saya, sambil menawarkan tangan terlebih dahulu sebagai tanda berkenalan dan setelahnya memeluk anak tersebut. Masya Allah, Hanif anak hebat yah nak.

Ini fitrahmu nak, sesuai dengan anjuran agama Islam. Sesuai sunnah Rasulullah
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“HR Abu Dawud (no. 5212), at-Tirmidzi (no. 2727), Ibnu Majah (no. 3703) dan Ahmad (4/289), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dengan berbagai jalur dan pendukungnya dalam kitab Silasilatul Ahaaditsish Shahiihah (no. 525)
In syaa Allah yah nak, ibu berusaha terus mengendalikan emosi ibu. Agar kelak membersamaimu, tak ada yang terluka.

Karlina Ekasari