Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 November 2013

Jalan ini yang kutempuh, tetapkan Muslimku selalu

Assalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh...

Nikmat terbesar yang baru aku sadari ialah menjadi muslim. Entah bagaimana rasanya jika aku ditakdirkan Allah dilahirkan dalam keadaan diluar Muslim. Mungkin aku harus bersusah payah mengenal agama Islam. Mungkin aku harus dimusuhi oleh keluargaku. Mungkin aku harus dikucilkan oleh lingkunganku.

Nikmat dari Mu ya Allah, aku dilahirkan dari keluarga yang ayah dan ibu ku beragama Islam. Sejak lahir, suara pertama adzan dan iqomat yang aku dengarkan. Nikmat terbesar dan karunia, sungguh karunia dari Mu ya Rabb...

Entah perasaan apa ini, perasaan begitu tenang, nyaman, yakin, mantap, menuju cahaya sejak mengenalMu Tuhanku Allah Subhanahu Wa 'atala. Tuhan satu-satunya yang aku sembah, yang aku mohon ampun atas segala kekhilafan, atas segala tingkah laku dan perbuatanku, atas segala dosa-dosa yang takkan pernah habis.

Pada akhirnya jalan ini yang kutempuh. Seujung rambutpun aku takkan bimbang, jalan ini yang kupilih. dan Berharap meniti jalan bersama Rasulullah, berada dalam barisannya.

Hadits Rasulullah :
“Aku tak kuasa meninggalkan hal itu, meskipun karenanya kalian akan meletakkan matahari di atasku.”

Nangis meleleh, begitu Rasulullah mengajarkan kita tentang keteguhan keimanan. Keteguhan mempertahankan akidah, keteguhan mempertahankan agama Islam.

Tetapkan muslimku selalu ya Rabb, hingga akhir hayat menjemputku dalam keadaan husnul khotimah.
Aamiin Allahumma Aamiin..

BarakalLah..
Wassalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh
 

Sabtu, 16 November 2013

Toleransi oh toleransi....

Assalamualaykum warrohmatullohi wabarokatuh ^^

16 nov 2013, dinyatakan sebagai hari toleransi internasional?
Banyak pertanyaan brosis, tentang hal ini...

Dimanakah toleransi? ketika di negeri muslim terbesar pakai jilbab besar dan menutupi aurat dgn sebenar-benarnya dianggap tidak pantas dipakai saat kerja sedangkan rok mini, dan kemeja berbelahan dada rendah dianggap baju formal utk bekerja.

Dimanakah toleransi? Ketika pakai cadar, dan celana ngatung dibidik densus sedangkan pakai bikini, dan boxer pendek dibiarkan. Kan sama-sama kebebasan, bebas dong pakai pakaian apah

Dimanakah toleransi? Ketika ibu yg masih harus menyusui anaknya tdk diberikan ruang utk menyusui.

Dimanakah toleransi? Ketika tempat ibadah tdk ada, tdk nyaman.

Dimanakah toleransi? Ketika mempelajari agamanya sendiri dianggap radikal, rasis, pasti tdk akan humanis.

Dimanakah toleransi? Ketika ngetwitt ttg agamanya dianggap ah sok suci lo, ah nyinyir mulu

Mana pejuang HAM ketika hak muslim terhimpit?
Mana para penggaung kebebasan ketika kami muslim juga butuh kebebasan?
Mana para aktivis JIL ketika muslim justru menjadi pihak yg terdzholimi?

Mengapa mereka diam? Pura-pura kah mereka?

Dimana toleransi? Di dekatkan dengan liberalisme dan terlarang utk muslim.
Apakah toleransi seperti itu?

Jika muslim bicara tentang toleransi, langsung di bombardir dengan pernyataan 'makanya bikin lap kerja sendiri, makanya bikin tempat ibadah sendiri, yaelah diributin banget sih yg beginian, kan manusia gak sama imannya, udahlah jd muslim jgn radikal amat, udahlah jadi muslim biasa aja, udahlah jgn sok suci, urusin dulu noh tetangga lo, urusin dulu keluarga lo'

Padahal hey, hello, bukankah itu juga hak kami. Bukankah itu juga hak kami utk bisa memakai pakaian muslim/ah yg baik, bukankah ada hak utk beribadah dgn nyaman, bukankah bebas bicara apa saja di twitter, bukankah ada hak utk menjadi muslim.

Semoga bisa toleransi benar-benar toleransi yah ^^

BarakalLah,
Wassalamualaykum warrohmatullohi wabarokatuh

@karlinaesari

Kamis, 14 November 2013

Upgrading akhlak

Assalamualaykum Warrohmatullohi Wabaraokatuh

Pagi hari ini, diantar ayahku berangkat kerja dan ditengah jalan melihat ada dua mobil yang bersentuhan sehingga menyebabkan agak sedikit lecet di kedua mobil tersebut. Mereka langsung mencaci dan memaki antar kedua nya. Jalanan saat itu memang cukup padat, sehingga kejadian tersebut pasti terjadi.

Namun ada hal menarik yang bisa aku simpulkan, sedemikian parahkah akhlak hingga kita mudah sekali menyalahkan kondisi, menyalahkan keadaan. Sehingga kita lupa siapa diri kita, kita terbakar emosi. Kita terbawa suasana panas. Kita digiring syeitan masuk kedalam nafsu permusuhan. Ya Allah :'(

Hanya karena harta, tahta, jabatan, kedudukan, posisi, atau apapun perkara di dunia ita lebih senang mempertahankan itu semua dibanding memuliakan diri kita dihadapan Allah. Berapa banyak orang yang bertengkar hanya karena harta? Berapa banyak mereka yang saling mencaci, membunuh karena wanita? Sedemikian parahkah akhlak kita???

Bukankah semua itu titipan untuk kita. Bukankah semua itu milik Allah. Bahkan termasuk nyawa kita. Lalu apa hak kita sebagai makhluk yang dititipi Allah. Ya, kita harus menjaganya, memanfaatkannya, dan menebarkannya untuk kebaikan.

Upgrading akhlak memang harus kita lakukan setiap hari. Setiap hari harus melakukan muhasabah akhlak. Apakah keimanan kita sudah sesuai dan sejalan dengan akhlak kita? Apakah benar sholat yang kita lakukan, benar-benar menhindarkan diri dari perbuatan nahi munkar?

Atau malah sebaliknya, akhlak kita berceceran dimana-mana. Akhlak kita mental terpelanting jauh dari diri kita. Akhlak kita terlepas dari keimanan kita. Astagfirullah :'(

Kita merasa ujub, bangga, sombong dengan ibadah yang kita lakukan. Kita merasa telah banyak menimbun amal, sehingga menilai manusia lain hanya sedikit amalannya. Kita merasa sebagai yang satu-satunya ahli ibadah. Kita merasa hanya diri kita yang telah berbuat sedangkan orang lain tidak.

Atau kita merasa nyaman dengan dosa-dosa yang kita lakukan. Kita merasa Allah tidak melihat kita sehingga kita bebas berbuat sesuatu yang kita sukai. Kita tidak lagi memperdulikan orang lain. Kita merasa diri kitalah yang hebat dan kuat.

Astagfirullah, semoga kita terus tidak merasa menjadi seperti itu.

Yuk-Yuk sama-sama kita perbaiki diri

Upgrading akhlak perlu dan harus dilakukan.
Selamat memperbaiki diri.
Selamat bekerja untuk diri sendiri.

Barakallah,
Wassalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh

Minggu, 03 November 2013

putus cinta/gagal taaruf/lamaran ditolak/cv diabaikan, so what gitu loh?

Bismillahirrohmanirrohim,

Assalamualaykum Warrohmatullohi Wabarokatuh ikhwah fillah :')


Judulnya menggelagar yah...hihihi, sengaja, sengaja, biar melek :p
Perkenankan aku menceritakan sedikit gundah gulana, gelisah, merana, ah apalah nama lebaynya itu, hihihi..

Catatan untuk seorang yg putus cinta atau gagal ta'aruf atau lamaran ditolak atau cv diabaikan atau apapun itu yang intinya dia bukan jodoh kamu.

Galau itu manusiawi, kecewa dan sedih juga manusiawi. Tapi jgn sampai berlarut-larut, sampai ngambek, gak mau makan, nyakitin fisik, dan batin. No, tidak.

Ketika kita kehilangan seorang yang amat berarti dalam percintaan kita, kita nangis, kita marah, bahkan kita memprotes Allah dalam tiap doa kita. (Ya Allah, kenapa tdk kau takdirkan dia untukku?) Begitukan doa kita. Hayo ngaku, hayoo, bener kan. Hehehe.

Tenangin diri kita dulu, ambil wudhu. Duduk di pojokkan tapi jangan sambil ngemilin tembok yah, hihihihi.

Tanyakan sejenak pada hati kita, emang yang kita tangisin siapa deh?

Coba deh pikir, kita tangisin orang lain yang Allah takdirkan dirinya dengan orang lain pula. Betulkan?

Justru kita yg harusnya minta maaf, soalnya selalu memikirkan dia yg saat ini telah menjadi pasangan halalnya seseorang disana. Benerkan begitu :')


Tapi diri ini menderita? Sesak nafas ini, hilang jantung ini, membeku rasanya, hampaaa oh hampaaa. Lebay banget kalimat ini :D

Kita merasa demikian karena kita memaksa hati kita utk memilikinya. Ya kan. Rasa memiliki lah yg memenjarakan kecerian, kebahagiaan hati kita.

Lepaskan, ikhlaskanlah rasa itu. Pasrahkanlah pada Allah. Bukankah semua yg ada digenggaman kita merupakan milik Allah. Bahkan termasuk nyawa kita sendiri.

Cinta itu bukan memaksakan kebersamaan. Tidak, itu bukan cinta. Itu obsesi.
Cinta juga tidak bisa kita atur dengan sendirinya. Allah lah yang memberikan rasa itu.


Cinta persoalan sederhana namun rumit untuk dipahami.

Bukan soal kebersamaan atau tidak bersamanya. Tapi memahami cinta ialah, apakah Allah ridho terhadap apa yg kita lakukan :')


Bila memang kita tidak ditakdirkan dengan dia yang kita harapkan, sudahlah jangan terlalu bersedih. Ingatkah skenario Allah tidak akan pernah salah. Allah Maha Sebaik-baiknya Pengatur.

Persoalan diri bukanlah ditakdirkan dengan dia, atau dia. Tapi sudahkah kita memantaskan diri utk Allah, dan Allah pun akan melihat pemantasan diri kita :')

Lepaskan, lepaskan yang bukan ditakdirkan kebersamaannya dengan kita.
Biarlah jodoh urusan Allah, rahasia Allah. 
Tugas kita hanya menjadi hambanya yang bertakwa.

Setuju yah sahabatku...

Wassalamualaykum Warrohmatullohi wabarokatuh..
BarakalLah..

@karlinaesari